Minggu, 07 Maret 2021

Perubahan, Harapan dan Arah Baru Jembrana

 



Setelah satu dasawarsa, awal tahun 2021, Kabupaten Jembrana telah memiliki pemimpin baru. Hal ini seiring dengan telah dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Jembrana terpilih pada tanggal 26 Februari 2021 di Gedung Wisma Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali. Pelantikan keduanya merupakan bagian mekanisme lanjutan pasca kemenangan dalam Pilkada serentak  9 Desember 2020. Hal ini menjadikan keduanya sebagai pucuk pimpinan tertinggi di Jembrana periode 2021-2024. Dengan kemenangan 51,90 persen dan dilanjutkan langkah konsolidasi pemimpin terpilih kepada semua unsur dan tokoh masyarakat tanpa kecuali, baik lokal maupun nasional, bakal menjadi modal dasar dan utama untuk memulai pembangunan baru Jembrana. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam mewujudkan janji kampaye sebelumnya yang mengusung slogan perubahan, menuju arah Jembrana Kembali Jaya (JKJ). Hakekat perubahan yang dipahami publik tentunya adalah bergerak dari hal-hal yang tidak baik menuju kebaikan ataupun dari hal yang sudah baik untuk dapat ditingkatkan dan dioptimalkan lagi outcomenya bagi masyarakat Jembrana. Untuk memulainya, tentu banyak hal yang harus ditengok bagaimana perjalanan pembangunan Jembrana dalam satu dasawarsa terakhir. Hal ini dimaksudkan agar nantinya benar-benar terwujud perubahan yang diidam-idamkan segenap warga Jembrana. Arah baru pembangunan Jembrana, telah menjadi harapan tinggi yang terpanggul dan terpatri sekaligus dinantikan oleh masyarakat Jembrana.

Kota Negara sebagai ibukota Kabupaten Jembrana, yang dikenal juga sebagai bumi mekepung, kini telah berusia satu seperempat abad. Selama itu pula, demi kesejahteraan masyarakatnya, Jembrana telah melangsungkan pembangunan dengan silih berganti pemimpin. Menilik satu dasawarsa terakhir, fokus pembangunan berangkat dari jargon membangun Jembrana dari desa dan kelurahan yang merupakan implementasi visi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Jembrana melalui peningkatan perekonomian dan profesionalisme sumber daya manusia yang dilandasi semangat kebersamaan, kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk melihat keberlangsungan pembangunan Jembrana secara sosial ekonomi, dapat ditilik mealui pembangunan manusia dan pembangunan ekonominya.

Capaian pembangunan manusia di Jembrana dalam satu dasawarsa terakhir (2010-2020) megalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat ditilik melalui capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jembrana yang diukur oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2010, IPM Jembrana tercatat sebesar 66,70 dan selalu meningkat tiap tahunnya hingga menjadi 72,36 pada tahun 2020 atau tumbuh rata-rata tiap tahun sebesar indeks 0,82. Dipandang tingkat pembangunan manusianya, IPM Jembrana ini masuk kategori tinggi sehingga secara sumber daya alam (SDM) dapat menjadi penopang percepatan pembangunan Jembrana. Namun demikian, level IPM Jembrana masih beda tingkat dengan Badung dan Denpasar yang sudah masuk kategori sangat tinggi atau mempunyai IPM dengan indeks di atas 80.

Ditinjau lebih detail, capaian pembangunan manusia di Jembrana, selaras dengan kenaikan IPM tersebut, kualitas kesehatan maupun pendidikan dan rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan  juga mengalami kenaikan secara bertahap pada rentang 2010-2019. Hanya saja pada tahun 2020, terjadi perlambatan pertumbuhan IPM Jembrana yang sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Hal ini tak lain dari imbas pandemi Covid-19 yang tak dapat terelakkan. Kualitas kesehatan Jembrana yang dapat dilihat dari usia harapan hidup, pada tahun 2010 sebesar 70,75 tahun, naik menjadi 72,35 tahun pada tahun 2020. Bayi yang lahir di Jembrana pada tahun 2020 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 72,35 tahun, lebih lama sekitar 1,60 tahun dibanding tahun 2010. Kualitas pendidikan masyarakat Jembrana juga selalu meningkat. Terlihat dari Harapan Lama Sekolah (HLS) Jembrana tahun 2010 sebesar 10,81 tahun dan terus meningkat menjadi 12,65 tahun di tahun 2020. Anak-anak berusia 7 tahun di Jembrana tahun 2020, memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,65 tahun (naik 1,84 tahun sejak tahun 2010) atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan tingkat SMA atau orang tersebut sedang duduk di bangku Diploma I. Begitu pula rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas di Jembrana tahun 2020 menjadi hampir 8 tahun 3 bulan, meningkat 1,18 tahun dibanding tahun 2010. Adapaun pengeluaran perkapita yang disesuaikan Jembrana tahun 2010 sebesar Rp.10,30 juta, naik menjadi Rp.11,90 juta tahun 2019 dan mengalami penurunan di tahun 2020 menjadi Rp.11,79 juta oleh karena dampak pandemi Covid-19.

Perekonomian Jembrana yang terlihat dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku pada tahun 2019 nilainya sebesar Rp. 14,14 triliun, meningkat sebesar Rp. 8,5 triliun dalam satu dasawarsa. Namun di tahun 2020, akibat pandemi Covid-19, turun kembali menjadi Rp.13,46 triliun. Kontribusi ekonomi Jembrana pada periode yang sama di atas masih sekitar 5 - 6 persen dari total ekonomi Bali. Pertumbuhan ekonomi Jembrana pada rentang 2010-2019 selalu tumbuh positif di atas 5 persen, namun pada tahun 2020 terkontraksi tumbuh negatif (-4,96 persen) akibat pandemi Covid-19 di hampir sepanjang tahun. Kontraksi ekonomi tahun 2020 terjadi juga di semua kabupaten/kota se-Bali dengan kontraksi terdalam terjadi di Kabupaten Badung (-16,52 persen). Struktur ekonomi Jembrana satu dasawarsa terakhir (2010-2019) masih didominasi sektor pertanian yang berkisar 20%-23%. Namun demikian, telah terjadi sedikit pergeseran distribusinya dari sektor primer (pertanian dan pertambangan/penggalian) ke arah sektor sekunder (industri pengolahan, konstruksi, dan listrik, air, gas) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa). Jika pada tahun 2010, kontribusi sektor primer tercatat mencapai 24,51 persen, pada tahun 2019 turun menjadi 21,23 persen. Berkebalikan dengan sektor primer, tahun 2010 sektor sekunder mencapai 14,55 persen dan sektor tersier sebesar 60,94 persen, namun pada tahun 2019 terjadi sedikit kenaikan, yaitu sektor sekunder menjadi 14,96 persen dan sektor tersier menjadi 63,81 persen. Dengan adanya pergeseran struktur ekonomi ini menandakan bahwa transformasi struktural penduduk dan perekonomian Jembrana telah menuju ke arah daerah yang berkembang, maju dan makmur dan perlu terus semakin dioptimalkan. Menarik untuk dilihat bahwa ternyata di tahun 2020, akibat dampak Covid-19, dibanding tahun 2019, masyarakat Jembrana lebih mengutamakan kembali sektor primer  (naik menjadi 22,69 persen) dibanding tersier (turun menjadi 61,31 persen).

            Dilihat berdasarkan PDRB menurut pengeluaran Jembrana 2010-2019, tercatat kontribusi komponen Konsumsi Rumah Tangga memberikan kontribusi terbesar, diikuti oleh komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP), net ekspor barang dan jasa, dan konsumsi LNPRT (Lembaga Nonprofit Melayani Rumah Tangga). Meski terbesar, tercatat kontribusi komponen konsumsi rumah tangga cenderung menurun dari share sebesar 60,61 persen pada tahun 2010 menjadi hanya 51,12 persen di tahun 2019. Hal serupa juga terjadi pada komponen investasi yang juga mengalami penurunan dari 26,05 persen tahun 2010 turun menjadi 25,2 persen di tahun 2019. Hal yang sama, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah juga cenderung menurun dari 13,11 persen tahun 2010 menjadi 11,94 persen tahun 2019. Hanya komponen net ekspor barang dan jasa yang mengalami kenaikan dalam satu dasawarsa tersebut, yang pada tahun 2019 menyentuh angka 9,73 persen. Sedangkan komponen konsumsi LNPRT relatif stagnan dalam periode yang sama.

Permasalahan pengangguran Jembrana dalam rentang 2010-2020 masih belum benar-benar dapat ditekan sekecil-kecilnya dengan rata-rata berkisar sebanyak 2,4 persen. Keberhasilan menekan angka pengangguran terjadi pada tahun 2017, yang hanya menyisakan sebanyak 0,67 persen. Namun pada tahun 2020, dampak pandemi Covid-19, angka pengangguran membesar kembali menjadi 4,52 persen. Dan jumlah ini merupakan yang terkecil keempat persentase pengangguran kabupaten/kota se-Bali, setelah Bangli (1,86 persen), Karangasem (2,42 persen), dan Tabanan (4,21 persen).

Problematika utama yang selalu menjadi perhatian publik baik pusat dan daerah adalah kemiskinan. Kemiskinan di Jembrana dalam 10 tahun teakhir cenderung menurun. Persentase penduduk miskin tahun 2010 sebesar 8,11 persen semakin mengecil dari tahun ke tahun hingga tahun 2020 tersisa sebanyak 4,51 persen atau sebanyak 120 ribu jiwa. Persentase ini terbesar keempat setelah karangasem (5,91 persen), Buleleng (5,32 persen), dan Klungkung (4,87 persen). Patut diwaspadai terkait belum berakhirnya pandemi Covid-19, persentase kemiskinan ini bisa kembali merangkak naik seiring peningkatan pengangguran yang terjadi.

Uraian realitas data di atas dapat menjadi baseline dalam memacu pembangunan Jembrana ke depan. Meskipun hal di atas baru sebatas aspek pembangunan manusia, sosial dan ekonomi secara makro, dan belum mengupas dalam banyak aspek lainnya. Hal ini penting, terlebih dalam upaya menatap harapan dan arah baru jembrana dari pemimpin terpilih yang bakal mengusung program sesuai visi “Mewujudkan Masyarakat Jembrana Bahagia Berlandaskan Tri Hita Karana” dan juga misi  “Nangun Sad Kerthi Loka Jembrana”. Tentunya dibalik capaian pembangunan yang terurai di atas, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi oleh Bupati dan Wakil Bupati yang baru. Pemulihan dan percepatan pembangunan Jembrana dalam waktu dekat diharapkan segera terlihat. Masyarakat Jembrana tentunya menanti implementasi perubahan dan janji-janji saat kampaye. Sederet program pembangunan yang telah dijanjikan pimpinan terpilih dan dinantikan masyarakat diantaranya adalah Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) Plus, Jembrana Internet (J-Net), Jembrana Smart City, sistem informasi pengaduan online, pemangkasan pelayanan perizinan, pembukaan banyak peluang investasi dan lapangan kerja, hingga terwujudnya Jembrana yang bahagia.

Pelunasan janji kampaye Bupati dan Wakil Bupati Jembrana terpilih tentu tidak bakal mudah. Terlebih dalam masa jabatan kepala daerah hasil Pilkada serentak 2020 hanya tiga tahun, bukan lima tahun. Hal ini mengingat bahwa pada 2024 mendatang Pilkada serentak akan kembali digelar. UU Pemilu nomor 7 tahun 2017 mengatur mekanisme tersebut. Optimisme pemimpin terpilih yang bak gayung bersambut dengan optimisme seluruh perangkat pemerintahan daerah dan juga kepercayaan seluruh warga Jembrana bakal menentukan berhasil atau tidaknya program yang dicanangkan. Selamat bertugas kepada Bupati I Nengah Tamba, SH  dan Wakil Bupati  I Gede Ngurah Patriana Krisna, ST., MT, semoga Jembrana menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Suprapto,S.Si.,M.Si

Penulis adalah Statistisi, Pemerhati Sosial dan Ekonomi


Tidak ada komentar: