Setelah
satu dasawarsa, awal tahun 2021, Kabupaten Jembrana telah memiliki pemimpin
baru. Hal ini seiring dengan telah dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Jembrana
terpilih pada tanggal 26 Februari 2021 di Gedung Wisma Sabha Utama, Kantor
Gubernur Bali. Pelantikan keduanya merupakan bagian mekanisme lanjutan pasca
kemenangan dalam Pilkada serentak 9
Desember 2020. Hal ini menjadikan keduanya sebagai pucuk pimpinan tertinggi di
Jembrana periode 2021-2024. Dengan kemenangan 51,90 persen dan dilanjutkan langkah
konsolidasi pemimpin terpilih kepada semua unsur dan tokoh masyarakat tanpa
kecuali, baik lokal maupun nasional, bakal menjadi modal dasar dan utama untuk
memulai pembangunan baru Jembrana. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal
dalam mewujudkan janji kampaye sebelumnya yang mengusung slogan perubahan,
menuju arah Jembrana Kembali Jaya (JKJ). Hakekat perubahan yang dipahami publik
tentunya adalah bergerak dari hal-hal yang tidak baik menuju kebaikan ataupun
dari hal yang sudah baik untuk dapat ditingkatkan dan dioptimalkan lagi outcomenya bagi masyarakat Jembrana. Untuk
memulainya, tentu banyak hal yang harus ditengok bagaimana perjalanan pembangunan
Jembrana dalam satu dasawarsa terakhir. Hal ini dimaksudkan agar nantinya
benar-benar terwujud perubahan yang diidam-idamkan segenap warga Jembrana. Arah
baru pembangunan Jembrana, telah menjadi harapan tinggi yang terpanggul dan
terpatri sekaligus dinantikan oleh masyarakat Jembrana.
Kota
Negara sebagai ibukota Kabupaten Jembrana, yang dikenal juga sebagai bumi
mekepung, kini telah berusia satu seperempat abad. Selama itu pula, demi
kesejahteraan masyarakatnya, Jembrana telah melangsungkan pembangunan dengan
silih berganti pemimpin. Menilik satu dasawarsa terakhir, fokus pembangunan
berangkat dari jargon membangun Jembrana dari desa dan kelurahan yang merupakan
implementasi visi terwujudnya kesejahteraan masyarakat Jembrana melalui
peningkatan perekonomian dan profesionalisme sumber daya manusia yang dilandasi
semangat kebersamaan, kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk melihat
keberlangsungan pembangunan Jembrana secara sosial ekonomi, dapat ditilik mealui
pembangunan manusia dan pembangunan ekonominya.
Capaian
pembangunan manusia di Jembrana dalam satu dasawarsa terakhir (2010-2020)
megalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat ditilik melalui capaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Jembrana yang diukur oleh Badan Pusat Statistik
(BPS). Pada tahun 2010, IPM Jembrana tercatat sebesar 66,70 dan selalu
meningkat tiap tahunnya hingga menjadi 72,36 pada tahun 2020 atau tumbuh
rata-rata tiap tahun sebesar indeks 0,82. Dipandang tingkat pembangunan
manusianya, IPM Jembrana ini masuk kategori tinggi sehingga secara sumber daya
alam (SDM) dapat menjadi penopang percepatan pembangunan Jembrana. Namun
demikian, level IPM Jembrana masih beda tingkat dengan Badung dan Denpasar yang
sudah masuk kategori sangat tinggi atau mempunyai IPM dengan indeks di atas 80.
Ditinjau
lebih detail, capaian pembangunan manusia di Jembrana, selaras dengan kenaikan
IPM tersebut, kualitas kesehatan maupun pendidikan dan rata-rata pengeluaran
per kapita yang disesuaikan juga
mengalami kenaikan secara bertahap pada rentang 2010-2019. Hanya
saja pada tahun 2020, terjadi perlambatan pertumbuhan IPM Jembrana yang sangat
dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan.
Hal ini tak lain dari imbas pandemi Covid-19 yang tak dapat terelakkan. Kualitas
kesehatan Jembrana yang dapat dilihat dari usia harapan hidup, pada tahun 2010
sebesar 70,75 tahun, naik menjadi 72,35 tahun pada tahun 2020. Bayi yang lahir
di Jembrana pada tahun 2020 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 72,35
tahun, lebih lama sekitar 1,60 tahun dibanding tahun 2010. Kualitas pendidikan
masyarakat Jembrana juga selalu meningkat. Terlihat dari Harapan Lama Sekolah
(HLS) Jembrana tahun 2010 sebesar 10,81 tahun dan terus meningkat menjadi 12,65
tahun di tahun 2020. Anak-anak berusia 7 tahun di Jembrana tahun 2020, memiliki
harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,65 tahun (naik 1,84 tahun sejak
tahun 2010) atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan
tingkat SMA atau orang tersebut sedang duduk di bangku Diploma I. Begitu pula rata-rata
lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas di Jembrana tahun 2020 menjadi
hampir 8 tahun 3 bulan, meningkat 1,18 tahun dibanding tahun 2010. Adapaun pengeluaran
perkapita yang disesuaikan Jembrana tahun 2010 sebesar Rp.10,30 juta, naik
menjadi Rp.11,90 juta tahun 2019 dan mengalami penurunan di tahun 2020 menjadi Rp.11,79
juta oleh karena dampak pandemi Covid-19.
Perekonomian
Jembrana yang terlihat dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga
berlaku pada tahun 2019 nilainya sebesar Rp. 14,14 triliun, meningkat sebesar
Rp. 8,5 triliun dalam satu dasawarsa. Namun di tahun 2020, akibat pandemi
Covid-19, turun kembali menjadi Rp.13,46 triliun. Kontribusi ekonomi Jembrana pada
periode yang sama di atas masih sekitar 5 - 6 persen dari total ekonomi Bali.
Pertumbuhan ekonomi Jembrana pada rentang 2010-2019 selalu tumbuh positif di
atas 5 persen, namun pada tahun 2020 terkontraksi tumbuh negatif (-4,96 persen)
akibat pandemi Covid-19 di hampir sepanjang tahun. Kontraksi ekonomi tahun 2020
terjadi juga di semua kabupaten/kota se-Bali dengan kontraksi terdalam terjadi
di Kabupaten Badung (-16,52 persen). Struktur ekonomi Jembrana satu dasawarsa
terakhir (2010-2019) masih didominasi sektor pertanian yang berkisar 20%-23%. Namun
demikian, telah terjadi sedikit pergeseran distribusinya dari sektor primer
(pertanian dan pertambangan/penggalian) ke arah sektor sekunder (industri
pengolahan, konstruksi, dan listrik, air, gas) dan sektor tersier (perdagangan
dan jasa). Jika pada tahun 2010, kontribusi sektor primer tercatat mencapai
24,51 persen, pada tahun 2019 turun menjadi 21,23 persen. Berkebalikan dengan
sektor primer, tahun 2010 sektor sekunder mencapai 14,55 persen dan sektor
tersier sebesar 60,94 persen, namun pada tahun 2019 terjadi sedikit kenaikan,
yaitu sektor sekunder menjadi 14,96 persen dan sektor tersier menjadi 63,81
persen. Dengan adanya pergeseran struktur ekonomi ini menandakan bahwa
transformasi struktural penduduk dan perekonomian Jembrana telah menuju ke arah
daerah yang berkembang, maju dan makmur dan perlu terus semakin dioptimalkan. Menarik
untuk dilihat bahwa ternyata di tahun 2020, akibat dampak Covid-19, dibanding
tahun 2019, masyarakat Jembrana lebih mengutamakan kembali sektor primer (naik menjadi 22,69 persen) dibanding tersier
(turun menjadi 61,31 persen).
Dilihat berdasarkan PDRB menurut
pengeluaran Jembrana 2010-2019, tercatat kontribusi komponen Konsumsi Rumah Tangga
memberikan kontribusi terbesar, diikuti oleh komponen investasi (Pembentukan Modal
Tetap Bruto) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP), net ekspor barang dan
jasa, dan konsumsi LNPRT (Lembaga Nonprofit Melayani Rumah Tangga). Meski terbesar,
tercatat kontribusi komponen konsumsi rumah tangga cenderung menurun dari share sebesar 60,61 persen pada tahun
2010 menjadi hanya 51,12 persen di tahun 2019. Hal serupa juga terjadi pada
komponen investasi yang juga mengalami penurunan dari 26,05 persen tahun 2010 turun
menjadi 25,2 persen di tahun 2019. Hal yang sama, komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah juga cenderung menurun dari 13,11 persen tahun 2010 menjadi 11,94
persen tahun 2019. Hanya komponen net ekspor barang dan jasa yang mengalami
kenaikan dalam satu dasawarsa tersebut, yang pada tahun 2019 menyentuh angka
9,73 persen. Sedangkan komponen konsumsi LNPRT relatif stagnan dalam periode yang
sama.
Permasalahan
pengangguran Jembrana dalam rentang 2010-2020 masih belum benar-benar dapat ditekan
sekecil-kecilnya dengan rata-rata berkisar sebanyak 2,4 persen. Keberhasilan
menekan angka pengangguran terjadi pada tahun 2017, yang hanya menyisakan
sebanyak 0,67 persen. Namun pada tahun 2020, dampak pandemi Covid-19, angka
pengangguran membesar kembali menjadi 4,52 persen. Dan jumlah ini merupakan
yang terkecil keempat persentase pengangguran kabupaten/kota se-Bali, setelah
Bangli (1,86 persen), Karangasem (2,42 persen), dan Tabanan (4,21 persen).
Problematika
utama yang selalu menjadi perhatian publik baik pusat dan daerah adalah kemiskinan.
Kemiskinan di Jembrana dalam 10 tahun teakhir cenderung menurun. Persentase
penduduk miskin tahun 2010 sebesar 8,11 persen semakin mengecil dari tahun ke
tahun hingga tahun 2020 tersisa sebanyak 4,51 persen atau sebanyak 120 ribu
jiwa. Persentase ini terbesar keempat setelah karangasem (5,91 persen),
Buleleng (5,32 persen), dan Klungkung (4,87 persen). Patut diwaspadai terkait
belum berakhirnya pandemi Covid-19, persentase kemiskinan ini bisa kembali
merangkak naik seiring peningkatan pengangguran yang terjadi.
Uraian
realitas data di atas dapat menjadi baseline
dalam memacu pembangunan Jembrana ke depan. Meskipun hal di atas baru sebatas
aspek pembangunan manusia, sosial dan ekonomi secara makro, dan belum mengupas
dalam banyak aspek lainnya. Hal ini penting, terlebih dalam upaya menatap
harapan dan arah baru jembrana dari pemimpin terpilih yang bakal mengusung
program sesuai visi “Mewujudkan Masyarakat Jembrana Bahagia Berlandaskan Tri
Hita Karana” dan juga misi “Nangun Sad
Kerthi Loka Jembrana”. Tentunya dibalik capaian pembangunan yang terurai di
atas, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi oleh Bupati dan Wakil Bupati yang
baru. Pemulihan dan percepatan pembangunan Jembrana dalam waktu dekat
diharapkan segera terlihat. Masyarakat Jembrana tentunya menanti implementasi perubahan
dan janji-janji saat kampaye. Sederet program pembangunan yang telah dijanjikan
pimpinan terpilih dan dinantikan masyarakat diantaranya adalah Jaminan
Kesehatan Jembrana (JKJ) Plus, Jembrana Internet (J-Net), Jembrana Smart City, sistem
informasi pengaduan online, pemangkasan pelayanan perizinan, pembukaan banyak
peluang investasi dan lapangan kerja, hingga terwujudnya Jembrana yang bahagia.
Pelunasan
janji kampaye Bupati dan Wakil Bupati Jembrana terpilih tentu tidak bakal
mudah. Terlebih dalam masa jabatan kepala daerah hasil Pilkada serentak 2020
hanya tiga tahun, bukan lima tahun. Hal ini mengingat bahwa pada 2024 mendatang
Pilkada serentak akan kembali digelar. UU Pemilu nomor 7 tahun 2017 mengatur
mekanisme tersebut. Optimisme pemimpin terpilih yang bak gayung bersambut
dengan optimisme seluruh perangkat pemerintahan daerah dan juga kepercayaan
seluruh warga Jembrana bakal menentukan berhasil atau tidaknya program yang
dicanangkan. Selamat bertugas kepada Bupati I Nengah Tamba, SH dan Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna, ST., MT,
semoga Jembrana menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Suprapto,S.Si.,M.Si
Penulis
adalah Statistisi, Pemerhati Sosial dan Ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar